Senin, 12 Februari 2018

Pendakian Sumbing Via Banaran


                                   Indahnya Pesona Banaran




Assalamu'allaikum. Wr. Wb.

Setelah sekian lama tidak menulis tentang pendakian, akhirnya saya bisa menulis lagi (wkwk). Pada postingan kali ini akan membahas mengenai pendakian kami beberapa hari lalu di Gunung Sumbing via Banaran.
(IG : @Sumbingeastroute)

Sabtu, 10 Februari 2018


Pendakian ini kami sebut dengan Tahu Bulat Trip, mengapa demikian ? sebab segala persiapan dari persiapan peralatan, logistik  maupun fisik semua Dadakan (hahaha) jangan ditiru kawan. Sebab kami melakukan ini bukan tanpa sebab, pendakian baru di putuskan malam sebelum paginya berangkat dari Imogiri Bantul Yogyakarta. Baik, adzan subuh mengumandang di Desa kami pertanda aktivitas sehari-hari akan berjalan kembali, pendakian kali ini hanya diikuti dua orang, yaitu Singgih (penulis) dan Arif. Kami berangkat dari Imogiri tepat pukul 07.15 WIB, dengan mengendarai sepeda motor kami melaju kencang agar menghemat waktu, tak lupa segala kebutuhan logistik kami beli sembari dalam perjalanan. setelah berjalan kurang lebih 2.5 jam, sampailah kami di Basecamp Banaran. Lokasi basecamp sendiri tepat berada di sebelah timur Kantor Pemerintah Desa Banaran. Desa Banaran merupakan desa di sebelah timur kaki Gunung Sumbing, yang memiliki total ketinggian 3371 Mpdl.

Kantor Desa Banaran

Menurut kami Basecamp Banaran ini sangat ramah dengan pendaki, saat kami baru sampai di basecamp kami langsung disuguhkan teh hangat yang sekaligus memecah dinginnya suhu udara Banaran, tidak hanya itu saat turun gunung pun langsung dibuatkan teh hangat. Sebelum pendakian dimulai kami bertanya detail mengenai pendakian ini dengan mas-mas di Basecamp, mengenai trek, cuaca, keamanan dan lain-lain. Setelah ngobrol 30 menit kami memutuskan memulai perjalanan menuju Pos 0.

Peta Pendakian Sumbing via Banaran

Jarak dari Basecamp - Pos 0 adalah 2 km, dapat ditempuh 1.5 jam dengan jalan santai atau dengan menggunakan jasa ojek dari Basecamp yang dapat ditempuh dalam waktu 15 menit dengan harga Rp 20.000. Namun kami memilih jalan kaki dengan alasan pemanasan (alasan yang bagus wkwk). Sepanjang perjalanan menuju Pos 0 mata kami dimanjakan dengan pemandangan ladang penduduk mulai dari kopi, bayam, kubis, ketela dan lain-lain tak lupa senyuman serta salam ramah dari warga setempat mengiringi langkah kaki kami. Saya pribadi baru kali ini menemukan Basecamp yang warganya luar biasa seramah ini.

Pukul 12.30 kami sampailah di Pos 0. ditandai dengan adanya plang Pos 0 dan gazebo kecil. Perjalanan dilanjutkan menuju Pos 1 masih melewati ladang penduduk, Dong Banger, Warung Kopi Ganesari dan gerbang pendakian. Trek perlahan masih didominasi tanah dengan kerapatan vegetasi yang masih terjaga.

Menuju Pos 0

Dong Banger

Gerbang Pendakian (arif)

Di depan Dong Banger ini terdapat mata air yang dapat digunakan untuk tambahan logistik. Kemudian  sebelum menuju Pos 1 terdapat 2 gerbang pendakian, jangan sampai kebingungan (haha). Dalam trek ini muncul masalah yang nantinya menjadi masalah serius dalam perjalanan kami menuju Pos 1. Kaki Arif secara bergantian mulai mengalami kram otot yang tentu tidak bisa dipaksakan untuk terus bergerak, hal ini membuat perjalanan sedikit berjalan lama, namun saya salut dengan kemauan Arif yang tetap ingin meneruskan perjalanan. Kami baru sampai Pos 1 pukul 15.00 yang saat itu pula disambut dengan hujan yang sangat deras, beruntungnya kami disebelah Pos 1 terdapat petilasan yang ada shelter nya, kami memutuskan berteduh selama 30 menit disana.

Pos 1

Setelah hujan reda kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, Lagi-lagi kaki Arif bermasalah yang serius dengan kram otot nya, hal ini dirasa wajar sebab trek selama Pos 0-Pos 2 adalah jalur tanah yang dimodifikasi menjadi tangga atau sering disebut dengan Jalur Eskalator. Benar memang Jalur Eskalator ini sangat menguras tenaga, harus pintar-pintar dalam mengatur tempo jalan dan memijakkan kaki agar tidak kram.

Jalur Eskalator

Pukul 18.00 WIB kami sampai di Pos 2, membutuhkan waktu 6,5 jam dari Basecamp menuju Pos 2. Kami memutuskan utnuk memasak nasi dan sayur sop di  pos ini karena cacing di perut sudah tidak tertahankan lagi (wkwk). Hujan sangat deras kembali membasahi lereng Gunung Sumbing, hal ini membuat kami kebingungan, target camp di Pos 3 diurungkan menjadi memilih tidur di Shelter Pos 2. Pos ini ditandai dengan adanya pohon yang besar dan shelter di sampingnya, hujan serta kabut tebal saat itu cukup membuat sedikit merinding, mengingat pendakian ini cuma berdua dan tak ada satupun rombongan yang berpapasan selama perjalanan saat itu. Canda tawa dan obrolan masa lalu menjadi penghangat keheningan malam saat itu, maklum Arif ini adalah teman lama waktu masih duduk di bangku SMP.


Minggu, 11 Februari 2018

Pukul 02.00 kami dibangunkan dinginnya suhu udara pagi itu, memutuskan untuk membuat kopi sambil menyalakan kompor untuk menghangatkan badan, sementara Arif memutuskan lanjut tidur. Setelah menaykinkan Arif bahwa cuaca cerah dan dia mampu melanjutkan perjalanan, kami mulai mempacking barang-barang kami, kami sengaja membangun tenda di luar shelter (taat aturan) dan juga membawa perbekalan secukupnya untuk summit attack menuju Puncak Rajawali (kalo bisa).

Target kami saat itu bukanlah Puncak Rajawali melainkan Segoro Banjaran yang merupakan surga nya jalur ini. Istirahat yang cukup dan juga perbekalan yang dibawa hanya sedikit membuat langkah kami menjadi stabil, tidak banyak berhenti menuju pos 3. 50 menit berjalan sampailah kami di Pos 3 yang ditandai dengan adanya shelter dan camp area yang cukup menampung 10 tenda. Menurut saya ini adalah tempat camp yang sangat ideal untuk mendirikan tenda. sebab tidak terlalu jauh dengan puncak dan disini masih terlindungi vegetasi yang rapat yang tentu sangat efektif menghalangi badai jika badai sedang melanda.

Tidak banyak waktu istirahat di Pos 3, waktu menunjukan pukul 04.00 WIB perjalanan kami lanjutkan, suhu udara dingin berubah menjadi butiran keringat yang membasahi jaket kami. Vegetasi masih rapat dengan vegetasi pohon mandingan mendominasi, trek mulai berubah menjadi tanah sedikit berbatu. Saat itu adzan subuh menggema di antara kerlap-kerlip lampu kota, sejenak kami menunaikannya sembari istirahat melihat hasil yang telah kami lalui. Setelah berjalan beberapa menit kami menemui rombongan pendaki lain yang nampaknya mereka sedang persiapan summit attack, dalam hati alhamdulillah ada orang lain juga ternyata (haha)

Vegetasi mulai berkurang artinya angin mulai berhembus kencang, di ufuk timur sana semburat cahaya seolah ingin menunjukan wajahnya pada kami, bersama gumpalan-gumpalan awan yang seolah dengan gagah ingin menjadi atap perjalanan untuk kami, terlihat disekeliling kami Gunung Ungaran, Telomoyo, Andong, Merbabu, Merapi dan juga Lawu terlihat dari Pos 4, diakui oleh Arif hal ini menambah semangat dirinya untuk ke Segoro Banjaran.

Semburat cahaya diantara Merbabu-Merapi


Sebelum sampai di Pos 4 atau Pos Watu Ondho, kami harus melewati batu besar yang cara melewatinya harus dengan bantuan tali dan besi, harus hati-hati dan fokus karena kanan kiri adalah jurang yang dalam, inilah mengapa di sebut Pos Watu Ondho. Pukul 05.30 WIB kami sampai di Pos 4. Pos ini berupa tanah datar yang luas yang mampu menampung 25 tenda, vegetasi disini adalah berupa sabana dan juga sedikit pohon mandingan yang tentu bila terjadi badai secara langsung dapat menghempaskan tenda pendaki. Apabila camp disini memang siap menanggung dua hal, satu dapat view sangat indah, kedua sangat mudah terkena badai bila badai terjadi.

Penulis memang kurang piknik

Cukup lama kami menghabiskan waktu di sini, istirahat serta mengabadikan moment menggunakan gadget masing-masing dari kami, terdengar suara riuh burung seolah memanggil kami, dan nantinya memang benar ada satu jenis burung yang seolah dengan sengaja ia ingin memberi petunjuk kepada kami jalan menuju Segoro Banjaran. Setelah matahari terbit kami melanjutkan perjalanan, terdapat satu sumber mata air disini letaknya diatas Pos 4 lalu ambil ke arah kanan terlihat jalan setapak melewati perbukitan sabana. Sebagai tambahan diantara perjalanan menuju Seogoro Banjaran terdapat 2 aliran mata air yang secara langsung menyilang melewati trek, letaknya berdekatan dan bisa digunakan untuk bekal tambahan sewaktu summit attack, namun saat musim kemarau 2 aliran mata air tersebut bisa jadi kering.

Jalan setapak menuju mata air

Sabana terlihat begitu luas di area ini, dengan perbukitan yang curam menjadikan ciri khas dari jalur Banaran. Setelah melewati beberapa bukit sampailah kami diantara 2 tebing besar yang tingginya sekitar 50-100 m, tebing ini menurut analisa saya adalah jalur dari lahar atau letusan dari Gunung Sumbing waktu zaman dahulu sebab banyak sekali ditemukan batuan besar disini dan juga arahnya satu arah dengan kawah (soktau banget udah kayak dukun) wkwk.

Jalan diantara dua tebing besar

Dari jalan diantara dua tebing ini terdapat pertemuan jalur lain yaitu Jalur Kaliangkrik, yaitu terdapat jalan setapak disebelah kiri tebing. Pemandangan begitu mempesona, sabana yang sangat hijau sangat memanjakan mata dan juga batuan besar yang sangat banyak bertebaran disini. Selang beberapa menit tepatnya pukul 07.30 WIB sampailah kami di Segoro Banjaran, surga nya jalur Banaran. Pemandangan sangat indah, sabana yang dikelilingi oleh tebing-tebing tinggi menjulang ditambah lagi cuaca saat itu sangat mendukung untuk melanjutkan ke puncak, saat itu kami berubah pikiran, melihat waktu yang masih pagi dan juga cuaca yang semakin cerah kami memutuskan melanjutkan perjalanan menuju puncak tertinggi Gunung Sumbing yaitu Puncak Rajawali. I am ready to go!

Segoro Banjaran
(bukit batu kanan atas adalah Puncak Rajawali)

Perjalanan belum berakhir, target awal diubah, lelah diawal yang begitu melemahkan fisik kami berubah  menjadi ramuan yang menggelorakan semangat kami. Terdapat banyak tempat yang dapat dituju yaitu Puncak Buntu, Puncak Sejati, Puncak Rajawali, Kawah ataupun segoro wedi, kami memutuskan melanjutkan untuk menyambangi Puncak Rajawali. Sempat kebingungan untuk menuju puncak tersebut sebab terdapat banyak simpangan jalur setapak, namun setelah beberapa menit kami menempukan plang bertuliskan arah ke puncak, bergegas kami langkahkan kaki kami sambil mengatur nafas mengingat terjalanya medan yang harus melangkahkan kaki menapaki batuan. Berjalan terus berjalan sampailan kami diatas bukit sekaligus kami dapat melihat view Gunung Sindoro yang saat itu mulai tertutup awan.

Petunjuk arah di samping petilasan

Kami merasakan puncak sudah menanti didepan mata, namun kami harus memutari satu tebing batu yang ukurannya sangat besar terlebih dahulu, trek disini sangat bahaya, lebar hanya 50-70 cm, samping kiri tebing dan kanan adalah jurang dengan kedalaman 50-100 meter. Perlahan memutari-memutari hingga tepat pada pukul 09.10 WIB dengan mengucap alhamdulillah akhirnya kami berdua sampai di puncak tertinggi Gunung Sumbing. Bersyukur kami terus bersyukur pada saat itu, tidak pernah merasa sebelumnya kami akan sampai di puncak, mengingat terjalnya trek, cuaca hujan, logistik pas-pas an dan juga fisik yang sempat drop. 

Brimob dan Tentara gadungan ;D

Kami cukup lama menghabiskan waktu dipuncak ini, berfoto-foto, membuat video, berteriak dan saling meneriaki pendaki lain(seru sekal) Puncak Sejati dan Puncak Buntu hingga membuat kopi hangat sambil menikmati Gunung Sindoro yang berselimut awan. Dirasa cukup akhirnya pada pukul 10.30WIB kami melanjutkan perjalanan turun, menuruni kembali tebing terjal dan kami fokus menuju arah kawah, sebab kami ingin segera turun mengingat waktu yang semakin mengejar.

Dibalik indahnya Gunung Sumbing, dalam perjalanan turun mata kami sedikit risih dengan perbuatan beberapa oknum pendaki yang tidak bertanggung jawab. Banyak ditemukan sampah dan juga vandalisme di batuan-bantuan besar, buang sampah digunung? hal itu lumrah bagi pendaki kekinian ,khusus bagi vandalisme saya pribadi heran luarbiasa, di zaman milenal seperti ini mereka lebih suka menuliskan sesuatu di atas batu daripada di atas layar gagdet, secara logika hal ini dapat dikatakan sebagai pola pikir mundur ke zaman purbakala disaat mereka mengekspresikan dirinya diatas batu, so jangan dituru sifat purbakala seperti mereka, kita hidup di zaman modern, tentu bisa memilah mana baik mana buruk. terkhusus untuk alam, alam harus kita jaga agar tetap lestari.

Perjalanan turun kami memungut sampah yang masih saja aja tercecer di sekitar jalur setapak, dan pada saat itu akhirnya kami berjumpa dengan pendaki dari solo yang berjumlah 8 oraang, cukup mengobati kerinduan kami terhadap kehadiran manusia (wkwk). sebab selama dari basecamp-Puncak kami tidak menemukan atau berbicara terhadap satupun rombongan pendaki. Perjalanan turun kami habiskan dengan berfoto-foto sesekali istirahat sebab kami tahu hujan sudah menanti, benar saja dari Pos 4 sampai Pos 2 kami dihujani air yang cukup deras.

Akhirnya Pukul 15.00 WIB Kami sampai di Pos 2 atau tempat camp kami, memasak makanan dan packing, dan tepat pukul 17.00 WIB kami jalan menuju Basecamp, lagi-lagi kami kehujanan setelah kabut begitu tebal hingga jarak padang hanya 10 meter. Ok kami siap kehujanan sampe basecamp. akhirnya saya hujan-hujan dimalam hari sambil menahan kantuk,lapar dan dingin. Akhirnya tepat Pukul 19.00 WIB kami sampai di Basecamp dengan selamat. Alhamdulillah kami bersyukur. tepat Pukul 21.00 Kami otw jogja dan kembali menuju peradaban.

Informasi :
Tiket                         : Rp 10.000 / orang
Parkir Motor             : Rp   5.000 / motor
Ojek                          : Rp 20.000 / orang
Rata-rata pendakian selama 10-12 jam
Mata air : Dong Banger dan atas Pos 4
Recommended camp area : Pos 3 atau Pos 4
Pos 1-3 terdapat shelter


Dokumentasi :


Sabana di atas Pos 4

Kemiringan medan yang menguras tenaga

Tiduran di sabana

Segoro Banjaran

Kawah terlihat dari bawah Puncak Rajawali

penulis terlalu bahagia

Arif dan Sindoro

Sindoro Mountain
Cerah
Super Sindoro!

Kasur nya pendaki


Hijau Alam dan Keindahan

...Terima Kasih Sudah Membaca...

Inframe :
ig : @singgihdewan
ig : @arifwardhana2196

Wassalamu'allaikum. Wr.Wb













2 komentar:

  1. Mantap broo, makasih catatan perjalanannya telah menambah pengetahuanku tentang Sumbing via banaran

    BalasHapus
  2. Sama sama. Salam lestari salam literasi

    BalasHapus