Sabtu, 14 Mei 2016

Pendakian Gunung Sumbing via Bowongso

Syurga di balik Keramahan Warga Bowongso

Bowongso adalah sebuah desa di lereng Gunung Sumbing yang terletak di Kecamatan Kalikajar Wonosobo Jawa Tengah. Desa ini memiliki potensi besar salah satunya kopi arabika bowongso, yang terus menerus mengalami prospek yang cerah. Selain itu Desa ini juga merupakan salah satu gerbang pendakian menuju puncak Gunung Sumbing.

Gunung Sumbing sendiri adalah Gunung yang terletak di perbatasan Kabupaten Wonosobo magelang dan temanggung. Gunung ini sudah lama tidak erupsi, terakhir erupsi pada tahun 1730, namun puncaknya masih terdapat kawah. Dengan ketinggian 3371 MDPL kondisi alam lereng gunung ini sangat subur yang kemudian oleh warga setempat dijadikan sebagai lahan perkebunan.

Gunung Sumbing


Pendakian kali ini kami lebih memilih jalur bowongso setelah berbagai pertimbangan yang mengerucut pada pertimbangan utama karena jalur ini menurut para pendaki adalah jalur paling landai diantara jalur lain.



Pendakian ini kami rencanakan 1 bulan menjelang hari keberangkatan. 12 teman saya ajak, namun hanya ada 2 orang yang bisa ikut pendakian ini. Yaitu Agung Budi Prase, Mahasiswa UIN Sunan Kali Jaga yang juga merupakan partner pendakian saya dan Ahmad Fauzi Mahasiswa STMIK AMIKOM Yogyakarta yang merupakan teman sekampung saya dari kecil. Selang H-4 anggota tim masih simpang siur, bergabunglah Agus Triyanto karyawan salah satu perusahaan Telkom di Yogyakarta yang merupakan kawan Agung sewaktu masih SMP. Dan tentunya saya Sendiri Singgih Dewan P, anak pengangguran yang masih menunggu hari-hari masuk kuliah haha.


Agung


Fauzi

Agus

Saya
Sabtu, 7 Mei 2016



Setelah beberapa hari berdiskusi untuk persiapan pendakian ini, Singkat cerita...pagi itu pukul 06.10 Saya dan Fauzi sampai di tempat meeting point yaitu rumah Agung. Rupanya disana sudah menunggu kawan baru saya Agus, dengan santai dia menunggu sambil tiduran. Setelah fincheck kami berempat mulai mengegas mengendarai kuda besi kami masing-masing. Yap 4 pemuda harapan bangsa dari Imogiri siap "krusuk-krusukan" hehe.


Pukul 06.40 kami start Imogiri Bantul Yogyakarta, kami memilih jalur Jogja-Magelang-Temanggung-Wonosobo dengan pertimbangan merupakan jalan utama menuju Wonosobo. Istirahat pertama kami di Kota Magelang tepatnya di Masjid samping Monumen Ahmad Yani, tempat yang sama saat kami meeting point akan ke Gunung Sindoro 20, menit kami "ngaso" disana.

Melanjutkan perjalanan kami melewati Secang - Kota Temanggung - Kledung - Kalikajar Wonosobo. Berhenti sebentar di SPBU Kledung lalu menuju warung makan "LIZA" warung ini terletak tempat di samping jalan menuju Basecamp Pendakian Sumbing via Garung.

Berbekal GPS yang dibawa Agus kami optimis dan mampu akan sampai di basecamp Bowongso, maklum basecamp ini sangatlah awan bagi kami. GPS menunjukkan jalan terdekat...namun itu ternyata malah menjadi bumerang bagi kami, setelah masuk gang beraspal pertama tepatnya di selatan jalan menuju basecamp Garung, awal perjalan jalan beraspal mulus namun lama-lama berubah menjadi jalan berbatu seperti di sungai. Karena kami tidak menemukan Desa Bowongso kami bertanya dengan beberapa warga setempat hingga kami bertemu dengan 2 pemuda warga Jengger, mereka dengan ramah bersedia menunjukkan jalan menuju basecamp yang kebetulan searah dengan rumah mereka. Kata mereka ini adalah jalan tikus, wajar saja jalan tanah berbukit dan berlembah. Setelah itu kami melanjutkan sendiri perjalanan menuju basecamp dan di tengah perjalanan motor yang di kendarai Agung dan Agus kehabisan bensin...Ya Tuhannnn cobaan apa ini...kemudian kami putuskan Saya dan Fauzi untuk mencari basecamp. 5 menit kemudian Saya menemukan basecamp. Setelah bensin Saya dapat Saya dan Fauzi bergegas kembali menjemput Agung dan Agus. Alhamdulillah 10 menit kemudian kami berempat sampai basecamp dengan selamat. Sambutan super ramah menandakan selamat datang bagi kami.

Basecamp Bowongso
Hiasan Menarik di Basecamp
Peta : Sumber PLAT-G Adventure

Sebelumnya kami dijelaskan mengenai jalur pendakian nanti. Simaksi di sini sebesar Rp 10.000,00/Orang dan parkir motor Rp 5.000,00/Motor. setelah ISHOMA tepat pukul 13.00 WIB Kami mulai melangkah menuju Sumbing yang saat itu hujan sudah mulai reda.

Trek menuju Gardu Pandang
Kaki mulai melangkah menapaki jalan berbatu yang tertata rapi. Sepanjang kanan-kiri jalan beberapa warga yang dengan ramah menyapa dan tersenyum kepada kami. Anak-anak berjilbab dan berpeci dengan malu yang seakan ingin berbaur dengan kami. Kampung yang sangat didambakan setiap Pendaki.

35 menit berjalan Gardu Pandang yang kami idam-idamkan tak kunjung terlihat. Beruntungnya kami saat itu mendapat tumpangan mobil pick-up dari teman-teman pendaki yang berasal dari bawah Desa Bowongso. Mereka patut ditiru, berbagi dengan pendaki lain tanpa pamrih. Obrolan singkat menemani kami sekedar untuk berterimakasih dan mengakrabkan diri. Dan mereka tak henti-hentinya membuat candaan yang sedikit kami tak mengerti, dengan bahasa setengah "ngapak" menurut saya. hehe

5 menit berada di atas mobil sampailah kami di depan batas ladang dengan vegetasi, tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada mas-mas tadi dan Pak Supir tentunya. Mas-mas tadi rutin mendaki katanya, setahun 2 kali pantas saja langkah kakinya cepat sekali hingga kami tertinggal dari rombongan mereka.

Sepanjang jalur menuju Gardu Pandang terdapat 3 cabang walaupun nantinya semuanya akan sampai ke Gardu Pandang, namun 2 cabang lainnya adalah jalur motor yang mengangkut pendaki di Gardu Pandang.

Agus di Gardu Pandang
Yap...1 jam dari basecamp kami sampai di Gardu Pandang, kenapa dinamai Gardu Pandang, karena disini kita dapat melihat Desa Bowongso dan sekitarnya dari sini begitu juga ladang perkebunan yang memanjakan mata. Namun sayang saat itu cuaca berkabut tebal jarak pandang mata hanya sekitar 100 m.

Untuk sampai di Pos 1 membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam dari basecamp dengan jalan santai. Dengan kondisi medan yang masih alami, vegetasi masih rapat, dan trek yang rimbun membuat perjalanan menjadi nyaman.

Trek menuju Pos 1
Agung sedang berjuang
Dalam perjalanan menuju Pos 2 gerimis mulai menemani langkah kecil kami, bergegas kami memakai mantrol guna menghindari kebasahan. Di trek ini kami juga menjumpai beberapa Pendaki yang sedang turun gunung, mereka tampak berlumuran lumpur akibat kejamnya hujan siang itu. 

Ada yang mencuri perhatian Saya disini, 2 Pendaki cantik berhijab yang dengan ramah menjelaskan kepada Saya dan Fauzi tentang gambaran trek di atas...MasyaAllah...moment seperti ini adalah bonus berharga bagi Saya wkwk.

Hujan semakin nekat membasahi tubuh kami, carier basah, sepatu basah, muka tak karuan...ahh tetap akan ku nikmati perjalanan ini. Di tengah perjalanan kami istirahat sejenak sekedar untuk isi tenaga berupa makan sniker, madurasa, ataupun gula jawa. Tidak lupa saling tukar barang bawaan untuk menjaga kekuatan fisik. Suasana mulai cair disini, satu persatu dari kami mulai menunjukkan kepribadian aslinya, yang paling tampak adalah Agus yang ternyata orangnya cerewet hha.

Pukul 16,45 kami sampai di Pos 2 (Pos Bogel). Semuanya sibuk sendiri-sendiri di sini, Agung yang tampak nikmat sekali makan masakan ayam yang dibeli tadi, Agus dan Fauzi yang tampak berfoto-foto dengan kocak, dan saya sendiri yang sibuk bertanya-tanya dengan pendaki lain untuk menentukan dimana kami akan camp.

Rencana kami camp di Pos 3 batal, akhirnya kami camp di Pos 2 dengan pertimbangan hujan yang tak kunjung reda dan saran dari mas-mas Pendaki tadi. Ok fix tenda kami dirikan disini. Dirikan tenda berempat, berteman sunyi, angin syahdu, hujan rintik, kabut menerpa perlahan...nyanyian alam yang luar biasa.

Setelah beres-beres dan sholat tentunya, kami masak yang hangat-hangat pelengkap malam itu. Kopi, energen, angetsari mencoba meringakan dinginnya malam itu. Tidak lupa sosis goreng, tempe goreng dan telur bebek rebus jadi pelengkap nasi yang kami santap. Suasana yang hanya ada dalam pendakian.

Dinginnya malam itu berbanding terbalik dengan obrolan hangat yang kami ciptakan...bercanda...tertawa untuk sekedar melepas lelah perjalanan tadi. Sebelum tidur Saya dikejutkan dengan basahnya sleeping bag Saya, tak apalah sekali-kali tidur tanpa sleeping bag...ternyata dingin juga coy haha.

Pukul 19.40 kami mulai tidur...di rumah berdinding pertemanan...berpagar kebersamaan...beratapkan persaudaraan.

Minggu 8 Mei 2016

Pukul 04.15 Saya dibangunkan suara adzan subuh yang berkumandang...ternyata masih terdengar walaupun lirih. Agus Agung dan Fauzi bergantian terbangun. Buka pintu tenda dan...alam memberikan kabar gembira, alam seakan memberitahu kepada kami bahwa cuaca mendukung untuk menuju puncak pagi ini. Lampu Kota Wonosobo tampak bersanding nyaman dengan gagahnya Gunung Sindoro yang beratapkan bintang-bintang.

Setelah sholat dan membuat minuman penghangat, perjalanan kami lanjutkan dengan terget awal Pos 3. Barang bawaan kami bawa kecuali tenda guna mencegah hilangnya barang yang kini semakin marak terjadi di Gunung. Tidak lupa kami berfoto-foto dulu.

Agung di Pos 2 berlatar Gn. Sindoro
Aku gak diajak coy
yee..sekarang diajak
Pemandangan menuju Pos 3 ini sangat indah gaes, Gn. Sindoro, Gn. Prau, Dieng Plateu, dan Gn. Slamet juga tampak dari kejauhan. Sabana yang luasss banget berhiaskan embun yang masih menempel pada ranting dan dahan, sungguh trek yang sangat indah yang pertama kali saya dapat bagi saya pribadi. Namun disini tidak bisa menikmati sunrise karena jalur ini berada di sisi barat Gn. Sumbing.

Awal trek menuju Pos 3
Masih menuju Pos 3
Super Sindoro
Bayangan Gn. Sumbing
Saya
Hai Gn. Slamet jauh disana...tunggu kedatanganku
Keren coy
Tapi ini lebih keren coy
Untuk mencapai Pos 3  ada 2 cabang jalur, kiri adalah jalur yang curam dan kanan adalah jalur zorro atau jalur zig-zag. Kami sarankan lewat jalur zorro yang lebih landai.

Pukul 09.39 sampailah kami di Pos 3 (Pos Zorro). Pos ini tidak bisa untuk camp dikarenakan tidak ada tanah datar sama sekali.

Pos 3

Sebenarnya untuk ke puncak tinggal 1 jam lagi dari Pos 3. Namun melihat kondisi cuaca dan yang utama tim sudah kelelahan, maka pendakian berhenti 50 m di atas Pos 3. Ok fix tidak apa-apa...dalam tulisan ini sekaligus Saya meminta maaf kepada Agung Agus Fauzi karena saat itu Saya sangat berambisi sampai ke puncak hehe. Semangat saya memang selalu menggebu-gebu kawan...apalagi kalau puncak sudah di depan mata.

Sebelum kembali ke camp kami puaskan berfoto-foto dulu. Tidak lupa Saya dan Fauzi memungut sampah yang "sengaja" ditinggal oleh Pendaki yang tidak bertanggungjawab di sepanjang trek ini, sayang sekali kan trek secantik ini ada sampahnya.

Pukul 11.30 kami sampai di tempat camp dan ternyata kami adalah kloter terakhir long weekend kali ini. Karena tenda kami adalah tenda satu-satunya yang masih bertahan disini, yang membuat Gunung Sumbing seperti milik kami sendiri.

Selesai packing suara gemuruh halilintar terdengar dari puncak yang seakan mengingatkan pada kami untuk segera turun. Pukul 13.00 kami tinggalkan Pos 2 dengan berjalan santai 45 menit kemudian kami sampai Pos 1. Hujan kembali menguyur habis saat kami sampai Gardu Pandang sekaligus kado manis perjalanan pulang ke basecamp. Di tengah perjalanan hanya candaan yang menguatkan langkah kaki kami, dengan sisa-sisa tenaga perlahan langkah semakin melambat karena trek yang berubah seperti aliran sungai. Disini kami juga ditawari tumpangan motor oleh seorang petani setempat, dengan ramah kami menolaknya hehe kasihan bapaknya.

Pukul 15.45 kami telah sampai di basecamp. Masak mie dan minuman hangat bekal perjalanan pulang ke Jogja nanti. Setelah itu kami repacking, berpamitan kepada mas-mas basecamp juga pendaki asal Bekasi.

Dalam perjalanan pulang ini kami lewat jalan yang benar setelah minta denah dari basecamp. Dengan rute yang sama Wonosobo-Temanggung-Magelang-Jogja. Akhirnya sekitar pukul 10 malam kami sampai Imogiri dan kembali melakukan rutinitas sehari-hari.



Informasi :

Simaksi              :     Rp 10.000,00 / Orang
Parkir motor       :     Rp   5.000,00 / Motor

Basecamp  -  Gardu Pandang                  :     1,5    jam
Gardu Pandang  -  Pos 1                         :     1       jam
Pos 1  -  Pos 2                                       :     2       jam
Pos 2  -  Pos 3                                       :     2,5    jam
Pos 3  -  Puncak                                     :     1       jam
Total                                                    :     8       jam

Photo from : ig  @Fhafa_24
                           @SinggihDewan


Kumpulan Foto :

Sabana Sumbing


Kemiringan trek
Sayang tertutup kabut
Isi tenaga dulu
Pemuda harapan bangsa
Betapa tingginya kami saat itu
Selamat siang Sindoro
Kondisi trek 1 jam sebelum puncak

Fauzi berselimut kabut
Perjanan turun menuju camp
Di gunung pun mereka tetap rajin belajar
trek 1 jam menuju puncak
Yang aslinya lebih indah
#BeHi-Tech

Selamat tinggal sumbing



Terimakasih sudah membaca


























































































Senin, 04 April 2016

Menggebu-gebu Merbabu

Menggebu-gebu Merbabu

30-31 Januari 2016 adalah waktu dimana kami melakukan pendakian di Gunung Merbabu via Selo. Pendakian ini sudah saya rencanakan berbulan-bulan yang lalu namun baru dapat terlaksana akhir bulan Januari 2016.

Segala informasi mengenai Gunung Merbabu saya kumpulkan karena ini merupakan pendakian pertama saya di Gunung Merbabu.

2 minggu sebelum Hari H, Saya mengajak teman sekelas saya yang bernama Agung, dari obrolan tersebut tersepakati bahwa kita akan melakukan pendakian di Gunung Merbabu.
Kemudian saya bergegas mengajak teman sohib saya yang bernama Khunnas yang ternyata langsung mendapat respon positif, 2 orang sudah saya rekrut. Selang beberapa hari kemudian Khunnas  mengajak Feri Fachrul Fachri dan dua temannya. Alhamdulillah tim berjumlah 8 orang. Namun H-3 pendakian Feri Fachrul Fachri dan dua temannya membatalkan rencana ini...waduh tim tinggal 3 orang haha. Sempat mau ikut Open Trip temannya Agung saja, namun Khunnas meyakinkan saya tentang pendakian ini.
Kemudian saya menghubungi Deo untuk ikut dalam pendakian ini dan ternyata Deo bisa sekaligus Deo juga mengajak Fahri Alrokhim. Alhamdulillah H-2 fix tim berjumlah 5 orang yang semuanya adalah alumni SMA N 1 Pleret Bantul. Dari obrolan di BBM disepakati meeting point bertempat di depan Pasar PASTY Jam 7 pagi.

30 Januari 2016

Pukul 07.30 semua anggota telah berkumpul dan langsung 'gas' menggunakan motor menuju Selo Boyolali. Saya dan Khunnas berada di depan sekaligus yang membuka jalan hha. Dari jogja mengambil arah Jl Magelang kemudian saat sampai di pertigaan Blabak Mungkid ambil kanan, setelah memasuki gapura besar Taman Nasional Gunung Merapi ada Pertigaan ambil kanan, bila lurus menuju Ketep Pass dan kekanan Menuju Selo. Jalan mulai rusak di daerah menuju Selo ini maklum di lewati truk-truk pengangkut pasir, katanya ada penambangan pasir ilegal. Setelah 45 menit berada di jalan rusak sampailah kami di depan Polsek Selo, disini kami mampir membeli Nasi Padang dahulu buat bekal nanti.
Merapi dari depan Polsek Selo

Setelah membeli perbekalan kami melanjutkan perjalanan menuju Basecamp yang terletak di sebelah utara Polsek Selo. Dari Polsek Selo menuju Basecamp sendiri cuma sekitar 5 Menit. Saat itu kami memilih Basecamp Kang Bari yang lebih sepi, karena saat itu Basecamp Kang Parman super ramai mungkin karena weekend.

Simaksi disini sebesar Rp 15.000,00/orang dan parkir Rp 2000,00/motor. Setelah diberi Peta dan pengarahan sama Bapak-bapak pihak Basecamp dan setelah istirahat  kami mulai berjalan menuju Merbabu. Saat itu cuaca mendung seperti mau hujan ringan.

Pukul 11.39 kami berada di depan gerbang pendakian Gunung Merbabu via Selo.

Dari kiri ke kanan : Deo, Khunnas, Fahri, Agung dan saya (Singgih)

Dari Basecamp - Pos 1 Jalan masih tergolong landai dengan jalan setapak yang cukup jelas. Waktu itu Fahri sempat mengalami kelelahan dan mau muntah setelah di selidiki ternyata dia cuma kelaparan haha.

Jalur menuju Pos 1

Setelah berjalan kurang lebih 1,5 jam sampailah kami di Pos 1 dengan disambut hujan haha. Hal yang kami khawatirkan di Basecamp benar terjadi. Dengan bergegas kami memakai mantrol untuk melindungi diri dari hujan dan dinginnya Merbabu. Hujan terus saja menemani kami selama perjalanan menuju Pos Bayangan 2 dan hal ini membuat sepatu kami mengalami kebasahan total kecuali yang berbahan waterproof yaitu saya hha. Di tengah dinginnya merbabu waktu itu kami memutuskan untuk menunaikan shalat dzuhur sekalian kami jamak, sekaligus hujan mulai reda di Pos Bayangan 2 ini.

Pukul 14.52 kami melanjutkan perjalanan, jalur disini tergolong mulai menanjak dengan kondisi tanah yang licin pasca didera hujan. Kabut tebal pun mengiringi langkah kami, disini kami mulai mengalami kelelahan..maklum kami belum makan.

Foto-foto dulu biar tidak capek

Setelah berjalan menanjak dari Pos Bayangan 2 sampilah kami di Pos 2. Pos 2 ini sedikit terbuka dengan kondisi tanah yang luas cukup untuk camp belasan tenda. setelah ISHOMA kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 3.
Jalur menuju Pos 3

Di sepanjang jalur ini sempat ditemukan buah berry atau semacam buah berry yang menjadi  ciri khas tumbuhan beberapa Gunung di Indonesia. Jalur pendakian semakin licin dan tanah mulai tidak stabil untuk dipijak, hingga pukul 17.59 kami menapaki Pos 3. Ternyata Tuhan memberikan kejutan lagi...badai 'mengosak-asik' kenyamanan kami saat menyantap masakan padang yang kami beli tadi. Namun semua sepakat bahwa ini adalah makanan ternikmat yang kami santap di awal tahun ini haha.

Agung bersama Pos 3

Merapi mengintip kami di balik awan

Agung dan Deo

Semburat awan oranye

Pukul 18.11 mentari mulai menyembunyikan wajahnya. Kami mulai melanjutkan melangkah dan meninggalkan Pos 3. Tuhan lagi-lagi menguji kami dan pendaki-pendaki lain, badai masih saja 'mengosak-asik' perjalanan kami. Hal ini tentu membuat langkah kaki kami semakin berat ditambah beban cerrir dan tentunya licinnya jalur ini yang membuat keseimbangan kami di uji. Disamping itu jalur menuju Sabana 1 merupakan jalur terberat di Merbabu via Selo, dengan kemiringan jalur yang curam, sedikit bebatuan, tanah yang sedikit gembur membuat kami sedikit kesulitan disini. Hal ini membuat Agung sempat berkata " aku ra kuat tenan nak iki bro, merinding nguwaske ngisor" wkwk yang artinya "saya beneran tidak kuat bro, merinding lihat ke bawah". Di tambah lagi Agung yang hanya memakai sandal jepit menambah kesulitan tersendiri bagi Agung, maklum sepatunya di pakai Khunnas.
Jalan semakin petang senter dan headlamp kami nyalakan, ditengah perjalanan kaki saya mengalami 'kram' yang luar biasa sakit. hal ini tentu membuat rombongan kami dan pendaki lain juga ikut berhenti sejenak. Setelah berhenti 5 menit perjalanan kami lanjutkan. 
1 Jam kemudian kami sampai di Sabana 1, kami memutuskan langsung membuat tenda karena saat itu hujan rintik-rintik menemani pendirian tenda kami. Baju yang basah, sepatu yang basah, badan yang mengigil ditambah lagi hujan yang semakin deras membuat kami tidak konsentrasi...pantas saja tenda baru jadi setelah 3 kali gagal..haha.

Setelah ISHOMA, sedikit obrolan hangat di temani kopi dan energen yang hangat tentunya. Obrolan mengarah pada summit attack esok hari, ternyata satu per satu anggota bilang mereka enggan melanjutkan ke puncak..hhaha dalam hati saya ngikut saja.

31 Januari 2016

Pukul 04.30 alarm membangunkan kami sekaligus mengusik kenyamanan tidur kami. Karena dinginnya suhu udara saat itu baru jam 05.00 kami terbangun. Kami langsung jamaah shalat subuh. saat saya keluar tenda ada 2 pendaki yang keliling-keliling di sekitaran tenda kami setelah saya tanya ternyata mereka telah kehilangan sepatu dan sandal gunung semalam..hati-hati saja ya. 
Pukul 06.16 cuaca mulai bersahabat, saya mengajak Khunnas untuk melanjutkan ke puncak namun ternyata Deo, Fahri dan Agung juga mau ikut setelah tadi malam sempat mengurungkan diri melanjutkan ke puncak. Setelah kami foto-foto di Sabana 1 kami langsung melanjutkan perjalanan.

Pagi berkabut di Sabana 1

Khunnas berlatar awan

Agung sedang berdoa

dalam perjalanan ini kami membawa cerrir, matras, SB, kompor dll kecuali tenda...
maklum kami cuma sewa, kecuali Deo. Alhamdulillah bersyukur sekali cuaca pagi itu sungguh cerah sekali. Tuhan memberikan hadiah spesial bagi kami. Hamparan rumput yang menghijaukan mata, awan yang seakan berlomba menyapa kami, terpaan angin yang menyejukkan bersama eidelweis yang masih malu menunjukkan bunganya..ahh sungguh indah.

Agung bersama Sabana 1

saya

Khunnas


Pukul 07.40 kami sampai di Sabana 2 dengan hamparan luas rumput yang 'ijo royo-royo' dan ada beberapa pendaki camp disini.

Ciptaab Tuhan yang luar biasa

Agung lagi santai seperti di pantai

background yang menghilangkan capek

Kami langsung menuju Pos Watu Lumpang guna menghemat waktu.

Deo

Fahri

Agung bersama puncak Trianggulasi, Kenteng Songo dan Syarif

Puncak sudah di depan mata kami, semangat semakin menggebu-gebu.

Lagi-lagi merapi selalu menemani

Kemiringan menuju puncak

Pukul 09.38 kami berhasil menginjakkan kaki kami di puncak Kenteng Songo. Alhamdulillah walaupun kabut menyelimuti puncak namun tidak menutupi kesakralan Kenteng Songo.

Full Team

Alhamdulillah

Kenteng Songo

Puas berfoto-foto dan istirahat terlihat dari puncak sabana 1 mulai tertutup kabut, kami bergegas turun untuk menghindari kehujanan.
Pukul 11,49 sampailah kami di Sabana 1, istirahat makan dan packing pulang. Saat mulai melangkah menuju Pos 3 hujan kembali menyambut kami, dan ini akan menjadi perjalanan turun yang sulit. Benar saja perlahan kami turun mencari tanah yang berrumput guna meminimalisir licinnya trek saat itu. 30 menit berjalan trek semakin sulit dengan hujan yang tidak kunjung reda membuat trek menjadi seperti selokan dengan aliran air walaupun kecil. Hal ini membuat Khunnas kesulitan karena dia memakai sepatu running dan membawa cerrir yang paling berat diantara kami, alhasil cerrirnya dilempar-lempar guna bisa berjalan seimbang. Untung saja ada pendaki lain yang membawa tali yang bisa kami jadikan pegangan untuk turun. 
Saat itu Deo sudah sampai di Pos 3 dan sendirian menunggu kami dan hal itu membuat dia kedinginan, 20 menitan waktu menunggu yang lama untuk cuaca sedingin itu.

Setelah sampai di Pos 3 saya bergantian cerrir dengan Khunnas, dan kita langsung menuju Pos 2 untuk menghindari Deo yang terlihat pucat karena kedinginan tadi. Setelah berjalan 25 menit sampailah kami di Pos 2. Di Pos ini badan kami tak karuan, muka, kaki, tangan, cerrir, baju berlumuran lumpur. Sungguh kejam trek menuju Pos 3 dari Sabana 1 hhaha.

1 jam dari Pos 2 sampailah di Pos Bayangan 2, kami sempatkan untuk shalat disini, sekaligus bertemu pendaki asal Surabaya. Beberapa jam setelah melewati Pos 1 sampailah kami di Gerbang Pendakian, sekaligus mengakhiri pendakian ini. Alhamdulillah pendakian terselesaikan walaupun ujian menemani perjalanan kami namun kami sepakat bahwa ini adalah pendakian yang mengesankan.

Pukul 17.45 kami melanjutkan perjalan ke Jogja dan melakukan aktifitas seperti semula



.................Sampai Jumpa Lagi Kawan...............

Sedikit foto dari kami :

Khunnas di Sabana 2

Agung

Saya

Saya di Sabana 1

Belum berbunga gaes

Sempurna

Ikut-ikutan foto

Isi tenaga dulu sob

Efek kejamnya trek turun menuju Pos 3

Selfi coy

Selfi lagi coy

Sekarang Deo sendiri

Sabana 1


Informasi :

Simaksi           Rp 15.000/orang
Parkir              Rp   2.000/motor

Rincian Waktu :

Basecamp - Pos 1                             : 1,5 jam
Pos 1 - Pos 2                                     : 2 jam
Pos 2 - Pos 3                                     : 1 jam
Pos 3 - Sabana 1                               : 2 jam
Sabana 1 - Sabana 2                         : 30 menit
Sabana 2 - Watu Lumpang               : 30 menit
Watu Lumpang - Kenteng Songo     : 30 menit

TOTAL                                            : 8 JAM



........Semoga Merbabu Selalu Terjaga........