Syurga di balik Keramahan Warga Bowongso
Bowongso adalah sebuah desa di lereng Gunung Sumbing yang terletak di Kecamatan Kalikajar Wonosobo Jawa Tengah. Desa ini memiliki potensi besar salah satunya kopi arabika bowongso, yang terus menerus mengalami prospek yang cerah. Selain itu Desa ini juga merupakan salah satu gerbang pendakian menuju puncak Gunung Sumbing.
Gunung Sumbing sendiri adalah Gunung yang terletak di perbatasan Kabupaten Wonosobo magelang dan temanggung. Gunung ini sudah lama tidak erupsi, terakhir erupsi pada tahun 1730, namun puncaknya masih terdapat kawah. Dengan ketinggian 3371 MDPL kondisi alam lereng gunung ini sangat subur yang kemudian oleh warga setempat dijadikan sebagai lahan perkebunan.
Gunung Sumbing |
Pendakian kali ini kami lebih memilih jalur bowongso setelah berbagai pertimbangan yang mengerucut pada pertimbangan utama karena jalur ini menurut para pendaki adalah jalur paling landai diantara jalur lain.
Pendakian ini kami rencanakan 1 bulan menjelang hari keberangkatan. 12 teman saya ajak, namun hanya ada 2 orang yang bisa ikut pendakian ini. Yaitu Agung Budi Prase, Mahasiswa UIN Sunan Kali Jaga yang juga merupakan partner pendakian saya dan Ahmad Fauzi Mahasiswa STMIK AMIKOM Yogyakarta yang merupakan teman sekampung saya dari kecil. Selang H-4 anggota tim masih simpang siur, bergabunglah Agus Triyanto karyawan salah satu perusahaan Telkom di Yogyakarta yang merupakan kawan Agung sewaktu masih SMP. Dan tentunya saya Sendiri Singgih Dewan P, anak pengangguran yang masih menunggu hari-hari masuk kuliah haha.
Agung |
Fauzi |
Agus |
Saya |
Setelah beberapa hari berdiskusi untuk persiapan pendakian ini, Singkat cerita...pagi itu pukul 06.10 Saya dan Fauzi sampai di tempat meeting point yaitu rumah Agung. Rupanya disana sudah menunggu kawan baru saya Agus, dengan santai dia menunggu sambil tiduran. Setelah fincheck kami berempat mulai mengegas mengendarai kuda besi kami masing-masing. Yap 4 pemuda harapan bangsa dari Imogiri siap "krusuk-krusukan" hehe.
Pukul 06.40 kami start Imogiri Bantul Yogyakarta, kami memilih jalur Jogja-Magelang-Temanggung-Wonosobo dengan pertimbangan merupakan jalan utama menuju Wonosobo. Istirahat pertama kami di Kota Magelang tepatnya di Masjid samping Monumen Ahmad Yani, tempat yang sama saat kami meeting point akan ke Gunung Sindoro 20, menit kami "ngaso" disana.
Melanjutkan perjalanan kami melewati Secang - Kota Temanggung - Kledung - Kalikajar Wonosobo. Berhenti sebentar di SPBU Kledung lalu menuju warung makan "LIZA" warung ini terletak tempat di samping jalan menuju Basecamp Pendakian Sumbing via Garung.
Berbekal GPS yang dibawa Agus kami optimis dan mampu akan sampai di basecamp Bowongso, maklum basecamp ini sangatlah awan bagi kami. GPS menunjukkan jalan terdekat...namun itu ternyata malah menjadi bumerang bagi kami, setelah masuk gang beraspal pertama tepatnya di selatan jalan menuju basecamp Garung, awal perjalan jalan beraspal mulus namun lama-lama berubah menjadi jalan berbatu seperti di sungai. Karena kami tidak menemukan Desa Bowongso kami bertanya dengan beberapa warga setempat hingga kami bertemu dengan 2 pemuda warga Jengger, mereka dengan ramah bersedia menunjukkan jalan menuju basecamp yang kebetulan searah dengan rumah mereka. Kata mereka ini adalah jalan tikus, wajar saja jalan tanah berbukit dan berlembah. Setelah itu kami melanjutkan sendiri perjalanan menuju basecamp dan di tengah perjalanan motor yang di kendarai Agung dan Agus kehabisan bensin...Ya Tuhannnn cobaan apa ini...kemudian kami putuskan Saya dan Fauzi untuk mencari basecamp. 5 menit kemudian Saya menemukan basecamp. Setelah bensin Saya dapat Saya dan Fauzi bergegas kembali menjemput Agung dan Agus. Alhamdulillah 10 menit kemudian kami berempat sampai basecamp dengan selamat. Sambutan super ramah menandakan selamat datang bagi kami.
Basecamp Bowongso |
Hiasan Menarik di Basecamp |
Peta : Sumber PLAT-G Adventure |
Sebelumnya kami dijelaskan mengenai jalur pendakian nanti. Simaksi di sini sebesar Rp 10.000,00/Orang dan parkir motor Rp 5.000,00/Motor. setelah ISHOMA tepat pukul 13.00 WIB Kami mulai melangkah menuju Sumbing yang saat itu hujan sudah mulai reda.
Trek menuju Gardu Pandang |
Kaki mulai melangkah menapaki jalan berbatu yang tertata rapi. Sepanjang kanan-kiri jalan beberapa warga yang dengan ramah menyapa dan tersenyum kepada kami. Anak-anak berjilbab dan berpeci dengan malu yang seakan ingin berbaur dengan kami. Kampung yang sangat didambakan setiap Pendaki.
35 menit berjalan Gardu Pandang yang kami idam-idamkan tak kunjung terlihat. Beruntungnya kami saat itu mendapat tumpangan mobil pick-up dari teman-teman pendaki yang berasal dari bawah Desa Bowongso. Mereka patut ditiru, berbagi dengan pendaki lain tanpa pamrih. Obrolan singkat menemani kami sekedar untuk berterimakasih dan mengakrabkan diri. Dan mereka tak henti-hentinya membuat candaan yang sedikit kami tak mengerti, dengan bahasa setengah "ngapak" menurut saya. hehe
5 menit berada di atas mobil sampailah kami di depan batas ladang dengan vegetasi, tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada mas-mas tadi dan Pak Supir tentunya. Mas-mas tadi rutin mendaki katanya, setahun 2 kali pantas saja langkah kakinya cepat sekali hingga kami tertinggal dari rombongan mereka.
Sepanjang jalur menuju Gardu Pandang terdapat 3 cabang walaupun nantinya semuanya akan sampai ke Gardu Pandang, namun 2 cabang lainnya adalah jalur motor yang mengangkut pendaki di Gardu Pandang.
Agus di Gardu Pandang |
Yap...1 jam dari basecamp kami sampai di Gardu Pandang, kenapa dinamai Gardu Pandang, karena disini kita dapat melihat Desa Bowongso dan sekitarnya dari sini begitu juga ladang perkebunan yang memanjakan mata. Namun sayang saat itu cuaca berkabut tebal jarak pandang mata hanya sekitar 100 m.
Untuk sampai di Pos 1 membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam dari basecamp dengan jalan santai. Dengan kondisi medan yang masih alami, vegetasi masih rapat, dan trek yang rimbun membuat perjalanan menjadi nyaman.
Trek menuju Pos 1 |
Agung sedang berjuang |
Dalam perjalanan menuju Pos 2 gerimis mulai menemani langkah kecil kami, bergegas kami memakai mantrol guna menghindari kebasahan. Di trek ini kami juga menjumpai beberapa Pendaki yang sedang turun gunung, mereka tampak berlumuran lumpur akibat kejamnya hujan siang itu.
Ada yang mencuri perhatian Saya disini, 2 Pendaki cantik berhijab yang dengan ramah menjelaskan kepada Saya dan Fauzi tentang gambaran trek di atas...MasyaAllah...moment seperti ini adalah bonus berharga bagi Saya wkwk.
Hujan semakin nekat membasahi tubuh kami, carier basah, sepatu basah, muka tak karuan...ahh tetap akan ku nikmati perjalanan ini. Di tengah perjalanan kami istirahat sejenak sekedar untuk isi tenaga berupa makan sniker, madurasa, ataupun gula jawa. Tidak lupa saling tukar barang bawaan untuk menjaga kekuatan fisik. Suasana mulai cair disini, satu persatu dari kami mulai menunjukkan kepribadian aslinya, yang paling tampak adalah Agus yang ternyata orangnya cerewet hha.
Pukul 16,45 kami sampai di Pos 2 (Pos Bogel). Semuanya sibuk sendiri-sendiri di sini, Agung yang tampak nikmat sekali makan masakan ayam yang dibeli tadi, Agus dan Fauzi yang tampak berfoto-foto dengan kocak, dan saya sendiri yang sibuk bertanya-tanya dengan pendaki lain untuk menentukan dimana kami akan camp.
Rencana kami camp di Pos 3 batal, akhirnya kami camp di Pos 2 dengan pertimbangan hujan yang tak kunjung reda dan saran dari mas-mas Pendaki tadi. Ok fix tenda kami dirikan disini. Dirikan tenda berempat, berteman sunyi, angin syahdu, hujan rintik, kabut menerpa perlahan...nyanyian alam yang luar biasa.
Setelah beres-beres dan sholat tentunya, kami masak yang hangat-hangat pelengkap malam itu. Kopi, energen, angetsari mencoba meringakan dinginnya malam itu. Tidak lupa sosis goreng, tempe goreng dan telur bebek rebus jadi pelengkap nasi yang kami santap. Suasana yang hanya ada dalam pendakian.
Dinginnya malam itu berbanding terbalik dengan obrolan hangat yang kami ciptakan...bercanda...tertawa untuk sekedar melepas lelah perjalanan tadi. Sebelum tidur Saya dikejutkan dengan basahnya sleeping bag Saya, tak apalah sekali-kali tidur tanpa sleeping bag...ternyata dingin juga coy haha.
Pukul 19.40 kami mulai tidur...di rumah berdinding pertemanan...berpagar kebersamaan...beratapkan persaudaraan.
Minggu 8 Mei 2016
Pukul 04.15 Saya dibangunkan suara adzan subuh yang berkumandang...ternyata masih terdengar walaupun lirih. Agus Agung dan Fauzi bergantian terbangun. Buka pintu tenda dan...alam memberikan kabar gembira, alam seakan memberitahu kepada kami bahwa cuaca mendukung untuk menuju puncak pagi ini. Lampu Kota Wonosobo tampak bersanding nyaman dengan gagahnya Gunung Sindoro yang beratapkan bintang-bintang.
Setelah sholat dan membuat minuman penghangat, perjalanan kami lanjutkan dengan terget awal Pos 3. Barang bawaan kami bawa kecuali tenda guna mencegah hilangnya barang yang kini semakin marak terjadi di Gunung. Tidak lupa kami berfoto-foto dulu.
Agung di Pos 2 berlatar Gn. Sindoro |
Aku gak diajak coy |
yee..sekarang diajak |
Pemandangan menuju Pos 3 ini sangat indah gaes, Gn. Sindoro, Gn. Prau, Dieng Plateu, dan Gn. Slamet juga tampak dari kejauhan. Sabana yang luasss banget berhiaskan embun yang masih menempel pada ranting dan dahan, sungguh trek yang sangat indah yang pertama kali saya dapat bagi saya pribadi. Namun disini tidak bisa menikmati sunrise karena jalur ini berada di sisi barat Gn. Sumbing.
Awal trek menuju Pos 3 |
Masih menuju Pos 3 |
Super Sindoro |
Bayangan Gn. Sumbing |
Saya |
Hai Gn. Slamet jauh disana...tunggu kedatanganku |
Keren coy |
Tapi ini lebih keren coy |
Untuk mencapai Pos 3 ada 2 cabang jalur, kiri adalah jalur yang curam dan kanan adalah jalur zorro atau jalur zig-zag. Kami sarankan lewat jalur zorro yang lebih landai.
Pukul 09.39 sampailah kami di Pos 3 (Pos Zorro). Pos ini tidak bisa untuk camp dikarenakan tidak ada tanah datar sama sekali.
Pos 3 |
Sebenarnya untuk ke puncak tinggal 1 jam lagi dari Pos 3. Namun melihat kondisi cuaca dan yang utama tim sudah kelelahan, maka pendakian berhenti 50 m di atas Pos 3. Ok fix tidak apa-apa...dalam tulisan ini sekaligus Saya meminta maaf kepada Agung Agus Fauzi karena saat itu Saya sangat berambisi sampai ke puncak hehe. Semangat saya memang selalu menggebu-gebu kawan...apalagi kalau puncak sudah di depan mata.
Sebelum kembali ke camp kami puaskan berfoto-foto dulu. Tidak lupa Saya dan Fauzi memungut sampah yang "sengaja" ditinggal oleh Pendaki yang tidak bertanggungjawab di sepanjang trek ini, sayang sekali kan trek secantik ini ada sampahnya.
Pukul 11.30 kami sampai di tempat camp dan ternyata kami adalah kloter terakhir long weekend kali ini. Karena tenda kami adalah tenda satu-satunya yang masih bertahan disini, yang membuat Gunung Sumbing seperti milik kami sendiri.
Selesai packing suara gemuruh halilintar terdengar dari puncak yang seakan mengingatkan pada kami untuk segera turun. Pukul 13.00 kami tinggalkan Pos 2 dengan berjalan santai 45 menit kemudian kami sampai Pos 1. Hujan kembali menguyur habis saat kami sampai Gardu Pandang sekaligus kado manis perjalanan pulang ke basecamp. Di tengah perjalanan hanya candaan yang menguatkan langkah kaki kami, dengan sisa-sisa tenaga perlahan langkah semakin melambat karena trek yang berubah seperti aliran sungai. Disini kami juga ditawari tumpangan motor oleh seorang petani setempat, dengan ramah kami menolaknya hehe kasihan bapaknya.
Pukul 15.45 kami telah sampai di basecamp. Masak mie dan minuman hangat bekal perjalanan pulang ke Jogja nanti. Setelah itu kami repacking, berpamitan kepada mas-mas basecamp juga pendaki asal Bekasi.
Dalam perjalanan pulang ini kami lewat jalan yang benar setelah minta denah dari basecamp. Dengan rute yang sama Wonosobo-Temanggung-Magelang-Jogja. Akhirnya sekitar pukul 10 malam kami sampai Imogiri dan kembali melakukan rutinitas sehari-hari.
Informasi :
Simaksi : Rp 10.000,00 / Orang
Parkir motor : Rp 5.000,00 / Motor
Basecamp
- Gardu Pandang : 1,5 jam
Gardu Pandang
- Pos 1 : 1 jam
Pos 1
- Pos 2 : 2
jam
Pos 2
- Pos 3 : 2,5
jam
Pos 3
- Puncak : 1 jam
Total : 8 jam
Photo from : ig @Fhafa_24
@SinggihDewan
Kumpulan Foto :
Sabana Sumbing |
Kemiringan trek |
Sayang tertutup kabut |
Isi tenaga dulu |
Pemuda harapan bangsa |
Betapa tingginya kami saat itu |
Selamat siang Sindoro |
Kondisi trek 1 jam sebelum puncak |
Fauzi berselimut kabut |
Perjanan turun menuju camp |
Di gunung pun mereka tetap rajin belajar |
trek 1 jam menuju puncak |
Yang aslinya lebih indah |
#BeHi-Tech |
Selamat tinggal sumbing |
Terimakasih sudah membaca